Heboh beredarnya video porno yang dilakukan oleh orang yang mirip artis terkenal, menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Menurut beberapa kalangan hal itu sangat bodoh, adegan tidak bermoral, tidak tahu malu yang merupakan suatu pertanda pergeseran moral di masyarakat kita telah terjadi. Sex, yang dulunya tabu kini justru diumbar secara bebas. Fenomena perilaku seksual tersebut merupakan cermin tidak adanya sistem nilai yang kuat dari keluarga.
Heboh rekaman video mesum pertama kali muncul pada kurun waktu tahun 2001 yang dilakukan oleh sepasang mahasiswa dan mahasiswi di sebuah universitas terkemuka di Bandung. Di dunia internet rekaman ini terkenal dengan judul Bandung Lautan Asmara. Di tahun 2006 kembali muncul kasus rekaman video mesum yang dilakukan oleh Yahya Zaini dan penyanyi dangdut Maria Eva. Di tahun 2010 ini yang paling menghebohkan yakni rekaman video mesum yang menampilkan adegan persetubuhan orang yang mirip Ariel Peter Pan, mirip Luna Maya dan mirip Cut Tari. Yang mencengangkan adalah pernyataan para pakar IT dan Telematika bahwa sosok yang ada dalam rekaman video tersebut adalah sesuai dengan figure-figure public tersebut, namun hal ini harus dibuktikan dengan uji fisik terlebih dahulu.
Tentu saja, fenomena skandal seks semacam ini seakan hampir biasa terjadi di tanah air. Yang menjadi pertanyaan menarik adalah “Siapa yang salah?”
Pertama, adalah jelas mereka yang melakukan adegan mesum tersebut. Apalagi sang pelaku adalah seorang public figure (jika ternyata hal ini benar), yang bisa saja hal ini akan dapat mendongkrak “popularitasnya”. Ada pelajaran berharga dari fenomena ini, bahwa setiap public figure harus waspada dan berhati-hati dalam setiap tingkah lakunya.
Kedua, adalah oknum pengunggah (uploader) video mesum ke internet, jelas jika mengacu ke undang-undang pornografi merupakan cyber crime sehingga perlu ditindak secara hukum. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah melalui institusi Mabes Polri harus kita dukung dengan harapan kedepan tidak akan ada kasus serupa sehingga dapat menimbulkan efek jera bagi pelakunya.
Ketiga, adalah peran masyarakat dalam hal ini adalah keluarga merupakan kunci untuk membendung perilaku seksual para remaja kita. Tidak bisa dipungkiri masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Sehingga pada masa ini mereka akan mulai mengidolakan figur-figur yang dianggap oleh mereka sebagai sumber insipirasi bagi mereka. Di fase ini proses “imitation” telah terjadi mulai dari meniru selera musik, cara berpakaian, gaya rambut, cara bicara bahkan kesukaan dari sang artis. Sangat hebatnya pengaruh kehidupan sang artis pada remaja kita. Keluarga merupakan “filter” bagi remaja. Kalau sejak remaja sudah mempunyai sistem nilai yang kuat, pasti akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Merebaknya video adegan mesum ini sebenarnya bukan hanya salah individu saja yang tidak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak melihatnya, melainkan juga sistem sosial dan lingkungan juga ikut andil dalam membuka kesempatan. Seks adalah adalah suatu “karunia” dan hal ini baik jika saja dipergunakan dengan bertanggung jawab, dengan pasangan (suami atau istri sendiri yang sah), saling hormat dan menghargai, dan untuk kebaikan bersama serta setia.
Heboh rekaman video mesum pertama kali muncul pada kurun waktu tahun 2001 yang dilakukan oleh sepasang mahasiswa dan mahasiswi di sebuah universitas terkemuka di Bandung. Di dunia internet rekaman ini terkenal dengan judul Bandung Lautan Asmara. Di tahun 2006 kembali muncul kasus rekaman video mesum yang dilakukan oleh Yahya Zaini dan penyanyi dangdut Maria Eva. Di tahun 2010 ini yang paling menghebohkan yakni rekaman video mesum yang menampilkan adegan persetubuhan orang yang mirip Ariel Peter Pan, mirip Luna Maya dan mirip Cut Tari. Yang mencengangkan adalah pernyataan para pakar IT dan Telematika bahwa sosok yang ada dalam rekaman video tersebut adalah sesuai dengan figure-figure public tersebut, namun hal ini harus dibuktikan dengan uji fisik terlebih dahulu.
Tentu saja, fenomena skandal seks semacam ini seakan hampir biasa terjadi di tanah air. Yang menjadi pertanyaan menarik adalah “Siapa yang salah?”
Pertama, adalah jelas mereka yang melakukan adegan mesum tersebut. Apalagi sang pelaku adalah seorang public figure (jika ternyata hal ini benar), yang bisa saja hal ini akan dapat mendongkrak “popularitasnya”. Ada pelajaran berharga dari fenomena ini, bahwa setiap public figure harus waspada dan berhati-hati dalam setiap tingkah lakunya.
Kedua, adalah oknum pengunggah (uploader) video mesum ke internet, jelas jika mengacu ke undang-undang pornografi merupakan cyber crime sehingga perlu ditindak secara hukum. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah melalui institusi Mabes Polri harus kita dukung dengan harapan kedepan tidak akan ada kasus serupa sehingga dapat menimbulkan efek jera bagi pelakunya.
Ketiga, adalah peran masyarakat dalam hal ini adalah keluarga merupakan kunci untuk membendung perilaku seksual para remaja kita. Tidak bisa dipungkiri masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Sehingga pada masa ini mereka akan mulai mengidolakan figur-figur yang dianggap oleh mereka sebagai sumber insipirasi bagi mereka. Di fase ini proses “imitation” telah terjadi mulai dari meniru selera musik, cara berpakaian, gaya rambut, cara bicara bahkan kesukaan dari sang artis. Sangat hebatnya pengaruh kehidupan sang artis pada remaja kita. Keluarga merupakan “filter” bagi remaja. Kalau sejak remaja sudah mempunyai sistem nilai yang kuat, pasti akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Merebaknya video adegan mesum ini sebenarnya bukan hanya salah individu saja yang tidak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak melihatnya, melainkan juga sistem sosial dan lingkungan juga ikut andil dalam membuka kesempatan. Seks adalah adalah suatu “karunia” dan hal ini baik jika saja dipergunakan dengan bertanggung jawab, dengan pasangan (suami atau istri sendiri yang sah), saling hormat dan menghargai, dan untuk kebaikan bersama serta setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar