Selasa, 21 Februari 2012

Sulitnya Mencari Pekerjaan

Di suatu kesempatan, Prof. Yohanes (ahli matematika dan fisika) memberikan nasehat yang bijaksana. Apabila seseorang ingin berhasil, maka ia harus mempunyai mimpi yang besar, karena dengan mimpi yang besar tersebut akan mendorong kita untuk mencapainya. Memang terasa klise di dengar, namun jika direnungkan, nasehat ini bagus dan tepat untuk para lulusan baru (fresh graduate) yang saat ini sedang mencari kerja.

Mencari pekerjaan dan menunggu panggilan kerja adalah suatu perbuatan yang bisa jadi sangat menjemukan. Perasaan jenuh, mangkel serta uring-uringan adalah kondisi hati yang sering melengkapinya. Bahkan kondisi ini bisa lebih parah lagi, ketika rasa bingung mulai muncul. Bingung mau berbuat apa. Karena saking bingungnya, bisa-bisa orang yang sedang mencari pekerjaan dan menunggu panggilan kerja menjadi linglung, depresi serta stres yang berkepanjangan. Lalu biasanya, individu tersebut akan menutup diri serta berubah menjadi asosial.

Pada saat ini ada jutaan orang yang sedang menunggu panggilan kerja, dan ke depan jumlah tersebut bisa jadi akan bertambah lebih banyak. Pada akhir tahun 2008, di salah satu media cetak nasional disebutkan di Jawa ini ada sekitar lebih dari 300.000 pengangguran terdidik dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Diploma, Sarjana, Magister bahkan sampai tingkat Doktor. Kondisi ekonomi yang belum begitu membaik, ditambah lagi persaingan yang sangat ketat dari para lulusan perguruan tinggi menjadikan banyak para sarjana dari berbagai strata pendidikan ini tidak tertampung di dunia kerja, sehingga mendapatkan pekerjaan adalah suatu hal yang “istimewa” dan “mahal” di negeri ini. Fenomena banyaknya pencari kerja juga terjadi pada saat PDAM Kabupaten Banyumas melakukan seleksi pegawai pada hari Minggu tanggal 18 Juli 2010 (di kompleks GOR SATRIA Purwokerto). Lebih dari 9.000 pelamar berjuang memperebutkan 30 posisi yang lowong, kondisi ini menyebabkan persaingan yang sangat ketat karena rasio jumlah pelamar yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan lowongan yang tersedia. Meski ijasah minimal adalah SLTA, namun banyak juga pencari kerja menggunakan ijasah yang lebih tinggi, Sarjana sampai Magister.

Tragedi pendidikan, “sarjana mencari kerja” sebenarnya bukanlah hal yang baru. Di satu pihak para sarjana pencari kerja, mereka merasa sudah belajar mati-matian untuk menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan nilai yang terbaik dengan harapan akan mudah mendapatkan pekerjaan yang mereka impikan. Namun, di pihak lain banyak perusahaan atau organisasi publik yang membuka lowongan kerja juga mengeluhkan tentang “kualitas” para sarjana saat ini. Mereka menilai sarjana kita tidak siap untuk memasuki dunia kerja. Apa yang salah pada kasus seperti ini? Pertama, Perguruan tinggi sudah seharusnya mulai merubah kurikulum mahasiswa, misalnya melalui mata kuliah kewirausahaan. Untuk menghasilkan lulusan menjadi entrepreneur sejati (tidak cengeng), proses perkuliahan perlu mengkombinasikan dengan tenaga yang direkrut dari para praktisi di bidangnya dari luar institusi. Jiwa kewirausahaan ini perlu ditanamkan sejak dini. Banyak pedagang yang hanya tamat pendidikan sekolah dasar, namun dia berhasil membangun kerajaan bisnisnya. Misalnya, di Indonesia adalah pebisnis sekelas Basrizal Koto dan Bob Sadino. Demikian juga Bill Gates, seorang yang melalui pendidikan dasar yang penuh dengan kesulitan, tetapi akhirnya mampu menjadi pebisnis yang tangguh di dunia sebagai Raja Microsoft. Bob Sadino dengan bisnis Kem-Chick nya. Basrizal Koto dengan supermarket dan bisnis medianya, sekalipun tidak menyelesaikan pendidikan pada jenjang menengah akan tetapi memiliki ilmu dan suara hati yang tinggi dan diterapkannya dalam pengambilan keputusan. Karena tempat beliau belajar adalah alam yang luas. Liku-liku kehidupan yang beliau tempuh menjadi sumber pelajaran yang berarti dan kemudian Tuhan memberikan hidayah kepada beliau untuk menggunakan pengalaman hidup sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Soal dunia hingga kini tentunya beliau sukses. Begitu juga mega triliunan Bill Gates, sekalipun dianggap oleh para guru sebagai orang yang susah melalui jenjang pendidikan sekolah dasar, namun sekarang menjadi pebisnis dan pilantropist yang besar di abad sekarang ini. Saat ini sudah waktunya memberikan pemahaman kepada para mahasiswa untuk dapat “mencari dan menghasilkan uang” dan bukannya malah “mencari pekerjaan”. Perguruan tinggi yang berkualitas tidak dilihat dari seberapa banyak mampu meluluskan sarjana, namun bagaimana caranya agar para sarjana lulusan dari perguruan tinggi tersebut dapat terserap di dunia kerja.

Kedua, Perlu lebih dioptimalkan lagi kerjasama antara perguruan tinggi dengan perusahaan-perusahaan atau organisasi penyedia kerja melalui rekrutmen langsung di kampus. Melalui model rekrutmen langsung di kampus, perguruan tinggi dapat memberikan apresiasi yang tinggi kepada “lulusan-lulusan terbaik universitas” dengan mempromosikan ke perusahaan atau organisasi yang membutuhkan karyawan. Model rekrutmen langsung ini lazim digunakan disejumlah perguruan tinggi di Jepang, karena lebih efektif dan efisien. Sebagian besar tamatan perguruan tinggi di negara maju memperoleh tempat dan kedudukan yang terhormat di masyarakatnya. Termasuk dalam pengelompokan mereka adalah kaum berdasi. Di negara berkembang juga demikian, misalnya di RRC, Beijing University, di India Madrash University, orang dapat memperoleh pendidikan komputer terbaik dan sangat menjanjikan, kenapa? Karena dengan menyelesaikan pendidikan, mereka percaya akan dihargai dengan imbalan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan rekan yang lain. Majalah Economist terbitan Desember 2005, mengutip bahwa 3% dari karyawan Microsoft adalah tamatan Madrash University.

Ketiga, Banyak para lulusan perguruan tinggi yang kurang memiliki keterampilan khusus. Inilah akar persoalan yang harus diperbaiki saat sekarang. Selain hard skill para lulusan ini mestinya dibekali soft skill oleh perguruan tinggi dimana mereka menempuh studi sehingga tidak gagap menjawab tantangan teknologi. Kemampuan komputer, kemampuan berbahasa asing misalnya, akan sangat bermanfaat saat memasuki dunia kerja nantinya.

Selanjutnya saat menunggu panggilan kerja adalah perbuatan yang wajar dan biasa bagi para pelamar kerja. Namun, sebaiknya tidak perlu diikuti dengan rasa jenuh sehinga tidak menimbulkan depresi serta stres yang berkepanjangan. Perlu kemampuan untuk mengelola kehidupan yang baik, tantangan terbesar saat kita menganggur adalah bagaimana agar kita selalu dapat berpikir positif (positive thinking) sehingga tidak merugikan diri kita sendiri. Berikut ini beberapa hal yang dapat diterapkan pada saat mencari dan menunggu panggilan kerja:

  1. Bangunlah relasi yang seluas-luasnya. Salah satu kunci keberhasilan mendapatkan pekerjaan adalah memperoleh informasi sebanyak mungkin melalui kawan atau kenalan. Hal ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk memperbaiki tali silahturahmi.
  2. Mintalah dukungan dari orang-orang terdekat, misalnya orang tua, kakak-adik bahkan mungkin kekasih kita. Dengan adanya dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat, secara psikologis kita menjadi nyaman dan tidak begitu terbebani sehingga mampu melewati masa-masa yang sulit dalam mencari kerja.
  3. Buatlah lamaran sebanyak-banyaknya, tetapi jangan terlalu berharap untuk diterima agar kita tidak terlalu kecewa apabila kita gagal nantinya. Ibarat orang yang sedang memancing ikan, agar mendapatkan ikan yang banyak tentu perlu menyebar umpan yang sebanyak-banyaknya.
  4. Berusaha menciptakan peluang disekitar kita. Masa menganggur adalah masa yang berat tetapi tidak seharusnya kita terus meratapi nasib, banyak cara untuk memperoleh penghasilan selagi kita menunggu panggilan kerja. Menulis, misalnya, dengan rajin membaca dan berlatih tentu bukanlah suatu hal yang sulit. Menulis adalah “orgasme pikiran” , sekali kita merasakan nikmatnya “orgasme ide” pasti akan ketagihan untuk segera menuangkannya ke dalam tulisan.
  5. Jangan lupa berdoa kepada Tuhan. Bagaimana pun juga jika berusaha terus tanpa berdoa, berarti kita termsuk orang yang sombong, namun sebaliknya hanya berdoa saja tanpa mau berusaha berarti kita termasuk orang yang malas.

Proses untuk mendapatkan pekerjaan memang bukan hal yang mudah untuk saat ini, tetapi kita tidak sendiri masih banyak saudara-saudara kita di negeri ini sampai sekarang masih berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Insyaallah masih ada jalan, tetap semangat karena kesuksesan dan keberhasilan adalah hak setiap orang yang mau berusaha dan berdoa.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Mantap !

@an_crutt mengatakan...

berusaha dan berdoa !

perakitan pc recording mengatakan...

kelen!!!